BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Discharge Planning (Perencanaan Pulang)
merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan
klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan
membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat
tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges &
Moorhouse: 94-95).
Healthy People (2000) dalam potter &
Perry (2005, p.1367) berharap untuk meningkatkan kesehatan gigi penduduk.
Tunjuannya adalah mengurangi kehilangan gigi akibat gigi yang rusak atau
penyakit periodontal bagi orang berusia 35 sampai 44 tahun, menurangi jumlah
lansia yang kehilangan gigi lami mereka, mengurangi prevalensi gingivitis dan
mengurangi penyakit periodontal dekstruktif diantara individu berusia 35 tahun
sampai 44 tahun.
Perhatian khusus diberikan untuk
membersihkan mata dan telinga selama pasien mandi. Asuhan keperawatan berpusat
pada pencegahan infeksi dan pemeliharaan fungsi organ normal pasien (Potter
& Perry, 2005 p. 1386).
Mata adalah organ yang mendeteksi cahaya,
meneruskan sinyal tersebut ke retina dan membuat efek visual yang di kirim ke
otak. Masalah yang terjadi pada mata adalah ketidak nyamanan lensa, kemerahan
pada mata, pemandangan kabur, air mata berlebihan dan infeksi kornea yang
biasanya diakibatkan oleh kacamata dan lensa kontak yang digunakan oleh pasien.
(Potter & Perry,2005)
Telinga adalah indera pendengaran yang
berfungsi mengirim suatu pola yang akurat ke otak dari semua suara yang
diterima dari lingkungan. Masalah yang biasa terjadi pada telinga yaitu
penurunan ketajaman pendengaran yang menganggu konduksi suara (Potter &
Perry,2005)
2.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk
memenuhi tugas mandiri mahasiswa
b. Dapat
memahami konsep selfcare menurut Dorothea Orem
c. Memahami
cara pendokumentasian pengembangan kemampuan pasien terhadap self care
d. Memahami
konsep discharge planning yang harus
dilakukan perawat pada pasien dengan deficit perawatan diri.
e. Memahami
prosedur perawatan pada gigi palsu
f. Memahami
prosedur perawatan pada kontak mata dan kacamata
g. Memahami
prosedur perawatan pada alat bantu pendengaran (earing aid)
BAB II
PROSES KEPERAWATAN DENGAN MASALAH
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Pengembangan Kemampuan Pasien
Terhadap Self Care
Asuhan
keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau
kebutuhan pasien dan kemampuan pasien. Oleh karena itu ada tiga tingkatan dalam
asuhan keperawatan mandiri. Perawat memberi keperawatan total ketika pertama
kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan pasien yang
tinggi (system pengganti keseluruhan). Perawat dan pasien saling berkolaborasi
dalam tindakan keperawatan (system pengganti sebagian). Pasien merawat diri
sendiri dengan bimbingan perawat (system dukungan/pendidikan) (Potter &
Perry, 2005. p.276).
Contoh pengkajian menurut Orem pada pasien
dengan masalah deficit pendengaran, adalah sebagai berikut :
Kasus : Pasien yang membutuhkan asuhan
keperawatan dalam perawatan alat bantu dengar. Pasien ini mengalami penurunan
tingkat pendengaran setelah mengalami kecelakaan 2 bulan yang lalu.
1.
Riwayat keperawatan
a)
Keluhan utama
Ny.
R (25 tahun) mengeluh tidak dapat mendengar jelas komunikasi perawat selama 2
hari belakangan ini.
b) Riwayat
penyakit sekarang
Pasien
mengeluh mengalami penurunan tingkat pendengaran sejak 2 bulan yang lalu.
2. Self
care
a. Universal
self care
1) Nutrisi
dan metabolik
Pasien
memenuhi nutrisi yang dianjurkan oleh dokter.
2) Eliminasi
BAB dan
BAK pasien selama ini sangat lancar sesuai dengan makanan dan pengaruh makanan
yang telah dikomsumsi.
3)
Pola aktivitas
Pasien masih kewalahan dalam berkomunikasi dengan tim medis, sehingga
intruksi dokter dan perawat jarang dilakukan oleh pasien. Setelah menggunakan
alat bantu dengar pasien merasa nyaman dan mudah berkomunikasi dengan siapa pun.
4) Persepsi
Pasien mengatakan belum dapat mendengar dengan jelas tanpa menggunakan alat
bantu dengar.
5) Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan dapat beristirahat dengan baik.
6) Pola hubungan dengan orang lain
Hubungan pasien dengan keluarga, perawat, dan tim medis baik.
7) Pola nilai dan kepercayaan
Pasien menyakini
bahwa Allah SWT akan memberi
perlindungan dan jalan yang baik dalam kehidupannya. Pasien tetap beribadah
sebagaimana biasanya dan terdengar berdzikir setiap waktu.
b.
Developmental self care
Saat ini pasien merasa sangat bahagia karena orang
terdekatnya selalu memberikan support yang baik dan selalu membantu pasien
dalam mengecek gangguan pendengarannya ke Rumah Sakit.
c.
Health deviation self care
Pasien kembali mengeluh tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Ada
yang menggajal pada telinganya.
2. Self care agency
Ny. R termotivasi untuk dapat
beraktivitas kembali dan berkomunikasi dengan baik dan lancar.
3. Therapeutik self care demand
Ny. R
terganggu aktivitasnya dikarenakan penurunan fungsi pendengarannya dan
dianjurkan untuk menggunakan alat bantu pendengaran.
4. Self care deficit
Ny. R terjadi self care
deficit karena kondisinya yang belum bisa mendengar dengan jelas. Kebutuhannya
dibantu oleh keluarga
dengan bantuan dari perawat.
5.
Nursing
agency
Ny. R memerlukan dukungan/pendidikan
dari perawat dan
bantuan keluarga karena
terganggu aktivitasnya. Pasien mengatakan ingin segera dapat
mendengar jelas dan melakukan
perawatan diri secara mandiri dan benar.
6.
Nursing
system
Dari data-data yang terkumpul, disimpukan
bahwa pasien berada pada tingkat ketergantungan ringan (bimbingan/pendidikan) Perawat dan keluarga membantu pasien dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, seperti
komunikasi serta perawatan
diri.
Pertimbangan khusus yang diberikan pada
pasien dengan masalah deficit pendengaran menurut Potter & Perry (2005
p.73) yaitu sebagai berikut :
a. Pertimbangan
penyuluhan
1) Diskusikan
dengan pasien pedoman untuk penggunaan alat bantu dengar dan tip-tip untuk
perawatan, hindari pemajanan pada panas atau dingin berlebihan, jangan
membanting alat pada permukaan keras, mengganti baterai diatas handuk atau
tempat tidur, jangan menjalankan alat dengar, dan bersihkan baterai untuk
menghilangkan korosi.
2) Lepaskan
baterai jika alat bantu disimpan dan simpan pada tempat sejuk dan kering.
3) Jaga
kontak bersih dengan menghilangkan residu dengan penghapus pensil.
b. Pertimbangan
pediatrik
1) Defisit
pendengaran pada anak-anak dapat menyebabkan terjadinya masalah perkembangan
serius, termasuk kesulitan bicara, pengenalan buruk terhadap pertunjuk verbal,
perlambatan sosialisasi dan gangguan belajar (Wong dan rekan, 1999)
c. Pertimbangan
geriatrik
1) Gunakan
teknik komunikasi yang baik untuk membantu individu memahami apa yang
dikatakan. isolasi dan menarik diri dari sosial umum terjadi pada individu
kurang pendengaran Sering pasien lansia sensitive tentang menerima bahwa ia
tidak dapat mendengar dengan jelas.
d. Pertimbangan
perawatan dirumah dan perawatan jangka panjang
1) Alat
bantu tidak boleh dibiarkan dekat panas atau dingin ekstrem, seperti dekat
kulkas atau tepi jendela. Bila pasien menggunakan pengering rambut, alat bantu
harus dilepas
2) Bila
pasien tinggal dilingkungan lembab, alat bantu harus disimpan dalam kotak yang
menyerang kelembapan.
Apabila
pasien dapat melakukan perawatan diri dari bimbingan yang diberikan oleh
perawat, maka pasien tersebut bisa dikatakan sudah mengalami pengembangan dalam
kemampuan merawat diri.
Respon pasien yang membutuhkan tindakan
segera menurut Potter & Perry (2005 p. 72) adalah sebagai berikut :
Respon
|
Tindakan
|
Klien
tidak dapat mendengar
Klien
mengeluh ketidaknyamanan telinga
|
Lepaskan
alat bantu dengar dan evaluasi apakah kanal telinga tersumbat
Yakinkan
baterai berfungsi dan dipasang dengan tepat
Atur
pengontrolan volume
Reposisi
alat bantu dengar
|
B.
Discharge Planning pada Pasien dengan Defisit
Perawatan Diri
Menurut Luverne & Barbara, 1988,
perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik
klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik
untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication
(obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus
dilanjutkan setelah pulang.
Contoh
:
1) Memakai
lotion pada perawatan kulit yang kering.
2) Memakai
obat tetes mata untuk perawatan mata jika diresepkan oleh dokter.
b. Environment
(lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari
rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan
yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
Contoh
:
1) Pada
pasien dengan penyakit jantung, Apabila dirumahnya terdapat tangga sebaiknya
didokumentasikan sebagai discharge palnning pasien. karena naik-turun tangga
bagi pasien penyakit jantung berakibat vatal bila kecapean.
2) Perawatan
harus memastikan pasien memiliki aliran listrik, air yang mengalir, panas dan
ventilasi yang adekuat, kulkas dan kompor yang berfungsi, persediaaan makanan
dan pipa ledeng yang adekuat. Dengan begitu, lembaga dapat menetapkan apakah
lingkungan rumah sehat dan aman (Zang & Bailey, 2004 p.9)
c. Treatrment
(pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan
dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota
keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga
seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
Contoh
:
1) Anjurkan
pasien melakukan perawatan diri secara kontinu untuk kesejahteraan fisik dan
psikisnya.
2) Melanjutkan
meminum obatnya 3x1 sehari sesuai resep dokter.
3) Tidak
sembarangan dalam memilih obat atau membelinya selain dari ahlinya.
4) Anjurkan
pasien tetap menjaga kesehatan dan mengkonsumsi makanan yang bergizi.
3) Mempraktikkan
perawatan diri yang sudah diajarkan selama perawatan di RS.
4) Menjaga
makanan yang tidak dapat dikonsumsi selama pengobatan.
d. Health teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu
bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
Contoh
:
1) Perawat
memberikan penyuluhan kecil pada klien (pasien dan keluarganya) tentang
kesehatan. Misalnya lingkungan yang sehat dan aman serta perawatan diri yang
baik dan benar.
2) Perawat
mengajarkan bagaimana cara melakukan perawatan diri, sehingga pasien dapat
mandiri melakukannya sendiri atau dibantu oleh keluarganya.
e. Outpatient
referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari
rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang
kontinu.
Contoh
:
1) Departemen
kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan seperti Klinik untuk individu
yang menderita penyakit menular seksual (PMS), program terapi untuk penyakit
khusus harus diketahui oleh pasien dan keluarganya.
2) Dengan
pasien penyakit AIDS contohnya, pasien harus diberikan tempat-tempat yang bisa
dikunjunginya untuk pelayanan kesehatan khusus AIDS, misalnya informasi tentang
fasilitas Negara untuk pasien, pelayanan hokum, konseling, atau pelayanan lain
yang mungkin dibutuhkan oleh pasien yang menderita AIDS.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang
pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk
dirinya.
Contoh
:
1) Beritahukan
batasan diet yang boleh dilakukan dan pemilihan menu makanan yang benar dan
sehat, terutama pada pasie pascaoperasi dan ibu melahirkan.
2) Jelaskan
program diet yang baik dan benar pada pasien agar pemenuhan nutrisi juga
tercukupi disamping melakukan perawatan tubuh dengan diet contohnya.
No comments:
Post a Comment