Saturday, December 21, 2013

PROSES DAN KONSEP KEPERAWATAN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI / SELF CARE

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
      Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95).  
        Healthy People (2000) dalam potter & Perry (2005, p.1367) berharap untuk meningkatkan kesehatan gigi penduduk. Tunjuannya adalah mengurangi kehilangan gigi akibat gigi yang rusak atau penyakit periodontal bagi orang berusia 35 sampai 44 tahun, menurangi jumlah lansia yang kehilangan gigi lami mereka, mengurangi prevalensi gingivitis dan mengurangi penyakit periodontal dekstruktif diantara individu berusia 35 tahun sampai 44 tahun.
     Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata dan telinga selama pasien mandi. Asuhan keperawatan berpusat pada pencegahan infeksi dan pemeliharaan fungsi organ normal pasien (Potter & Perry, 2005 p. 1386).
        Mata adalah organ yang mendeteksi cahaya, meneruskan sinyal tersebut ke retina dan membuat efek visual yang di kirim ke otak. Masalah yang terjadi pada mata adalah ketidak nyamanan lensa, kemerahan pada mata, pemandangan kabur, air mata berlebihan dan infeksi kornea yang biasanya diakibatkan oleh kacamata dan lensa kontak yang digunakan oleh pasien. (Potter & Perry,2005)
    Telinga adalah indera pendengaran yang berfungsi mengirim suatu pola yang akurat ke otak dari semua suara yang diterima dari lingkungan. Masalah yang biasa terjadi pada telinga yaitu penurunan ketajaman pendengaran yang menganggu konduksi suara (Potter & Perry,2005)
2.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk memenuhi tugas mandiri mahasiswa
b.      Dapat memahami konsep selfcare menurut Dorothea Orem
c.       Memahami cara pendokumentasian pengembangan kemampuan pasien terhadap self care
d.      Memahami konsep discharge planning yang harus dilakukan perawat pada pasien dengan deficit perawatan diri.
e.       Memahami prosedur perawatan pada gigi palsu
f.       Memahami prosedur perawatan pada kontak mata dan kacamata
g.      Memahami prosedur perawatan pada alat bantu pendengaran (earing aid)
BAB II
PROSES KEPERAWATAN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI
A.    Pengembangan Kemampuan Pasien Terhadap Self Care
     Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan pasien dan kemampuan pasien. Oleh karena itu ada tiga tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri. Perawat memberi keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan pasien yang tinggi (system pengganti keseluruhan). Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (system pengganti sebagian). Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat (system dukungan/pendidikan) (Potter & Perry, 2005. p.276).
    Contoh pengkajian menurut Orem pada pasien dengan masalah deficit pendengaran, adalah sebagai berikut :
    Kasus : Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan dalam perawatan alat bantu dengar. Pasien ini mengalami penurunan tingkat pendengaran setelah mengalami kecelakaan 2 bulan yang lalu.
1.      Riwayat keperawatan
a)   Keluhan utama
Ny. R (25 tahun) mengeluh tidak dapat mendengar jelas komunikasi perawat selama 2 hari belakangan ini.
b)   Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh mengalami penurunan tingkat pendengaran sejak 2 bulan yang lalu.
2.      Self care
a.       Universal self care
1)      Nutrisi dan metabolik
     Pasien memenuhi nutrisi yang dianjurkan oleh dokter.
2)      Eliminasi
BAB dan BAK pasien selama ini sangat lancar sesuai dengan makanan dan pengaruh makanan yang telah dikomsumsi.
3)      Pola aktivitas
Pasien masih kewalahan dalam berkomunikasi dengan tim medis, sehingga intruksi dokter dan perawat jarang dilakukan oleh pasien. Setelah menggunakan alat bantu dengar pasien merasa nyaman dan mudah berkomunikasi dengan siapa pun.
4)      Persepsi
Pasien mengatakan belum dapat mendengar dengan jelas tanpa menggunakan alat bantu dengar.
5)      Pola istirahat tidur
                 Pasien mengatakan dapat beristirahat dengan baik.
6)      Pola hubungan dengan orang lain
Hubungan pasien dengan keluarga, perawat, dan tim medis baik.
7)      Pola nilai dan kepercayaan
Pasien menyakini bahwa Allah SWT akan memberi perlindungan dan jalan yang baik dalam kehidupannya. Pasien tetap beribadah sebagaimana biasanya dan terdengar berdzikir setiap waktu.
b.      Developmental self care
Saat ini pasien merasa sangat bahagia karena orang terdekatnya selalu memberikan support yang baik dan selalu membantu pasien dalam mengecek gangguan pendengarannya ke Rumah Sakit.
c.       Health deviation self care
Pasien kembali mengeluh tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Ada yang menggajal pada telinganya.
2.      Self care agency
Ny. R  termotivasi untuk dapat beraktivitas kembali dan berkomunikasi dengan baik dan lancar.
3.      Therapeutik self care demand
Ny. R terganggu aktivitasnya dikarenakan penurunan fungsi pendengarannya dan dianjurkan untuk menggunakan alat bantu pendengaran.
4.      Self care deficit
Ny. R terjadi self care deficit karena kondisinya yang belum bisa  mendengar dengan jelas. Kebutuhannya dibantu oleh keluarga dengan bantuan dari perawat.
5.   Nursing agency
Ny. R memerlukan dukungan/pendidikan dari perawat dan bantuan  keluarga karena terganggu aktivitasnya. Pasien mengatakan ingin segera dapat mendengar jelas dan melakukan perawatan diri secara mandiri dan benar.
6.   Nursing system
Dari data-data yang terkumpul, disimpukan bahwa pasien berada pada tingkat ketergantungan ringan (bimbingan/pendidikan) Perawat dan keluarga membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, seperti komunikasi serta perawatan diri.
    
    Pertimbangan khusus yang diberikan pada pasien dengan masalah deficit pendengaran menurut Potter & Perry (2005 p.73)  yaitu sebagai berikut :
a.       Pertimbangan penyuluhan
1)      Diskusikan dengan pasien pedoman untuk penggunaan alat bantu dengar dan tip-tip untuk perawatan, hindari pemajanan pada panas atau dingin berlebihan, jangan membanting alat pada permukaan keras, mengganti baterai diatas handuk atau tempat tidur, jangan menjalankan alat dengar, dan bersihkan baterai untuk menghilangkan korosi.
2)      Lepaskan baterai jika alat bantu disimpan dan simpan pada tempat sejuk dan kering.
3)      Jaga kontak bersih dengan menghilangkan residu dengan penghapus pensil.
b.      Pertimbangan pediatrik
1)      Defisit pendengaran pada anak-anak dapat menyebabkan terjadinya masalah perkembangan serius, termasuk kesulitan bicara, pengenalan buruk terhadap pertunjuk verbal, perlambatan sosialisasi dan gangguan belajar (Wong dan rekan, 1999)
c.       Pertimbangan geriatrik
1)      Gunakan teknik komunikasi yang baik untuk membantu individu memahami apa yang dikatakan. isolasi dan menarik diri dari sosial umum terjadi pada individu kurang pendengaran Sering pasien lansia sensitive tentang menerima bahwa ia tidak dapat mendengar dengan jelas.
d.      Pertimbangan perawatan dirumah dan perawatan jangka panjang
1)      Alat bantu tidak boleh dibiarkan dekat panas atau dingin ekstrem, seperti dekat kulkas atau tepi jendela. Bila pasien menggunakan pengering rambut, alat bantu harus dilepas
2)      Bila pasien tinggal dilingkungan lembab, alat bantu harus disimpan dalam kotak yang menyerang kelembapan.
     Apabila pasien dapat melakukan perawatan diri dari bimbingan yang diberikan oleh perawat, maka pasien tersebut bisa dikatakan sudah mengalami pengembangan dalam kemampuan merawat diri.
    Respon pasien yang membutuhkan tindakan segera menurut Potter & Perry (2005 p. 72) adalah sebagai berikut :
Respon
Tindakan
Klien tidak dapat mendengar
Klien mengeluh ketidaknyamanan telinga
Lepaskan alat bantu dengar dan evaluasi apakah kanal telinga tersumbat
Yakinkan baterai berfungsi dan dipasang dengan tepat
Atur pengontrolan volume
Reposisi alat bantu dengar
B.     Discharge Planning pada Pasien dengan Defisit Perawatan Diri
          Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a.       Medication (obat)
    Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
Contoh :
1)      Memakai lotion pada perawatan kulit yang kering.
2)      Memakai obat tetes mata untuk perawatan mata jika diresepkan oleh dokter.
b.      Environment (lingkungan)
    Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
Contoh :
1)      Pada pasien dengan penyakit jantung, Apabila dirumahnya terdapat tangga sebaiknya didokumentasikan sebagai discharge palnning pasien. karena naik-turun tangga bagi pasien penyakit jantung berakibat vatal bila kecapean.
2)      Perawatan harus memastikan pasien memiliki aliran listrik, air yang mengalir, panas dan ventilasi yang adekuat, kulkas dan kompor yang berfungsi, persediaaan makanan dan pipa ledeng yang adekuat. Dengan begitu, lembaga dapat menetapkan apakah lingkungan rumah sehat dan aman (Zang & Bailey, 2004 p.9)
c.       Treatrment (pengobatan)
    Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
Contoh :
1)      Anjurkan pasien melakukan perawatan diri secara kontinu untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya.
2)      Melanjutkan meminum obatnya 3x1 sehari sesuai resep dokter.
3)      Tidak sembarangan dalam memilih obat atau membelinya selain dari ahlinya.
4)      Anjurkan pasien tetap menjaga kesehatan dan mengkonsumsi makanan yang bergizi.
3)      Mempraktikkan perawatan diri yang sudah diajarkan selama perawatan di RS.
4)      Menjaga makanan yang tidak dapat dikonsumsi selama pengobatan.
d.       Health teaching (pengajaran kesehatan)
    Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
Contoh :
1)      Perawat memberikan penyuluhan kecil pada klien (pasien dan keluarganya) tentang kesehatan. Misalnya lingkungan yang sehat dan aman serta perawatan diri yang baik dan benar.
2)      Perawat mengajarkan bagaimana cara melakukan perawatan diri, sehingga pasien dapat mandiri melakukannya sendiri atau dibantu oleh keluarganya.
e.       Outpatient referral
    Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
Contoh :
1)      Departemen kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan seperti Klinik untuk individu yang menderita penyakit menular seksual (PMS), program terapi untuk penyakit khusus harus diketahui oleh pasien dan keluarganya.
2)      Dengan pasien penyakit AIDS contohnya, pasien harus diberikan tempat-tempat yang bisa dikunjunginya untuk pelayanan kesehatan khusus AIDS, misalnya informasi tentang fasilitas Negara untuk pasien, pelayanan hokum, konseling, atau pelayanan lain yang mungkin dibutuhkan oleh pasien yang menderita AIDS.
f.       Diet
    Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya. 
Contoh :
1)      Beritahukan batasan diet yang boleh dilakukan dan pemilihan menu makanan yang benar dan sehat, terutama pada pasie pascaoperasi dan ibu melahirkan.
2)      Jelaskan program diet yang baik dan benar pada pasien agar pemenuhan nutrisi juga tercukupi disamping melakukan perawatan tubuh dengan diet contohnya.

No comments:

Post a Comment